Minggu, 27 Maret 2016

budidaya tanaman padi sawah

tanaman padi sawah,budidaya padi sawah,budidaya tanaman padi sawah,cara,membudidayakan padi,cara menanam padi yang bagus dan benar,tata cara menanam padi,teknik penanaman padi


BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Petani di Indonesia lebih mendalami pertanian dibidang pangan ataupun perkebunan. Salah satu tanaman pangan di Indonesia adalah Tanaman Padi. Bertani padi disawah sudah mendarah daging bagi petani di Indonesia. Pada mulanya pertanian padi di sawah banyak di usahakan dipulau Jawa. Namun, saat ini hampir diseluruh daerah di Indonesia sudah mulai mengembangkan pertanian padi di sawah.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini, hampir semua sawah ditanami dengan cara konvensional. Para petani meneruskan cara budidaya yang dilakukan orangtuanya. Sehingga sistem penanaman secara turun temurun dari warisan nenek moyang. Namun sebagian besar para petani disaat ini sudah mulai mengenal pertanian modern yang dimana sistem budidaya padi menggunakan peralatan modern atau sudah mengggunakan mesin.
Dengan demikian perlu diketahui cara atau teknik peningkatan produktivitas padi dapat ditempuh melalui inovasi teknologi, strategi, pendekatan program intensifikasi, penggunaan varietas unggul baru, pemupukan berimbang dan pengairan yang memadai telah terbukti dapat meningkatkan produksi gabah/ha.
B.                 Perumusan Masalah
Dengan keadaan realita dipedesaan dan latar belakang diatas maka dapat diketahui permasalahan yang sering terjadi dalam bertanam padi yaitu belum ditemukan teknik pengendalian hama yang tepat, masih banyak masyarakat yang belum menggunakan pupuk berimbang dan masyarakat tidak begitu memperhatikan bibit yang ditanam, biasanya masyarakat desa menggunakan binih hasil panennya sendiri tidak membeli bibit unggul.



C.                 Tujuan Budidaya Padi
1.      Untuk meningkatkan produktivitas padi yang berkualitas dan padi unggulan
2.      Untuk mengajarkan kepada para petani lain mengenai teknik bertanam padi yang baik dan benar
D.                Manfaat Budidaya Padi
1.      Meningkatkan perekonomian masyarakat petani kecil dengan adanya sistem pertanian padi disawah secara benar
2.      Mampu menghasilkan padi yang berkualitas tinggi
3.      Meningkatkan kesejahteraan masyarakat




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.                Klasifikasi Tanaman Padi
Kingdom                     : Plantae                      (Tumbuhan)
Subkingdom                : Tracheobionta           (Tumbuhan Berpembuluh)
Superdivisi                  : Spermatophyta          (Tumbuhan Berbiji)
Divisi                           : Magnoliophyta          (Tumbuhan Berbunga)
Kelas                           : Liliopsida                  (Monokotil)
Subkelas                      : Commelinidae
Ordo                            : Poales
Famili                          : Poaceae
Genus                          : Oryza
Spesies                        : Oryza sativa L
B.                 Sejarah Perkembangan Tanaman Padi
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii roschev dan Oryza glaberima steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.



C.                 Morfologi Tanaman Padi
1.      Akar
Berdasarkan literatur Aak (1992) akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air danzat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat
dibedakan atas :
a.       Radikula
Akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih yang sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar mengalami pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar tunggang, sedangkan calon batang akan tumbuh ke atas sehingga terbentuk batang dan daun.
b.      Akar serabut(adventif)
Setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan tumbuh.
c.       Akar rambut
Merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar, dan ini penting dalam pengisapan air maupun zat-zat makanan. Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut.
d.      Akar tajuk (crown roots)
Akar yang tumbuh dari ruas batang terendah. Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam tanah rendah,maka akar-akar dangkal mudah berkembang.
Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yangbaru atau bagian akar yangmasih muda berwarna putih.



2.      Batang
Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yangmembalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi lidah daun (ligula), dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daunbendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi.Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama.
3.      Daun
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi adalah :
a.         Helaian daun
Terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya memanjang seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas padi yang bersangkutan.



b.        Pelepah daun (upih)
Merupakan bagian daun yang menyelubungi batang, pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.
c.         Lidah daun
Lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi. Lidah daun duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun (upih). Disamping itu lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan penyebaran penyakit.
Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptile. Coleoptilekeluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai permukaan air. Coleoptile baru membuka, kemudian diikuti keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera ini terletak di bawah malai padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya.
4.      Bunga
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas bukuyang terakhir inilah biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai100-120 bunga.Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. (Departemen Pertanian, 1983)Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah:
a.         Kepala sari
b.        Tangkai sari
c.         Belahan yang besar (Palea)
d.        Belahan yang kecil (Lemma)
e.         Kepala putik
f.         Tangkai bunga
5.      Buah
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah.
D.                Bercocok Tanam Padi di Indonesia
Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh diatas tanah yang terus-menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagai mana yang terjadi pada  tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagai mana yang terjadi pada tanah-tanah sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi dapat tumbuh di tanah dataran atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air.



1.                  Padi Sawah dan Padi Ladang
Sejalan dengan keadaan atau kondisi tanah dimana padi itu dipertanamkan , menanam padi ditanah yang sengaja digenangi air, yaitu tanah sawah, usaha penanaman padi itu disebut menyawah. Sementara penanaman padi ditanah kering atau tanah darat disebut berladang. Varietas padi yang dipergunakan untuk tanah yang digenangi air disebut varietas padi sawah, sementara varietas yang dipergunakan untuk tanah darat atau kering disebut varietas padi ladang. Di tanam bacaan berbahasa asing, varietas padi sawah dan varietas padi ladang, senantiasa disebutkan masing-masing sebagai Lowland Varieties dan Upland Vareties. Perbedaan botani dan morfolog serta biologi antara varietas padi swah dan varietas padi ladang tidak ada. Satu-satunya perbedaan yang terdapat pada kenyataannya adalah padi sawah lebih serasi dan lestari untuk dipertanamkan disawah, sementara padi ladang adalah lebih serasi dan lebih lestari untuk dibudidayakan di tanah darat atau kering.  Namun menjadi sebuah catatan bahwa budidaya padi di sawah itu hasilnya lebih tinggidibandingkan budidaya padi di ladang.
Dimana-mana padi sawah adalah nama yang universal untuk seluruh tanah air, demikian halnya dengan nama penanaman padi ditanah darat atau kering.  Di pulau Jawa padi ditanam ditanah kering atau datar disebut Padi Gogo, sementara pada kepulauan lain seperti halnya di Sumatera disebut Padi Huma atau Padi Ladang.
2.                  Padi Gogo
Jika musim untuk menanam padi di tanah darat atau kering telah tiba dan biasanya musim yang tepat diketahui oleh petani dari pengalamannya, maka petani yang bersangkutan mengolah tanah tegalannya.
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul. Cara membajak atau mencangkul dilakukan sedemikian rupa sehingga tanahnya terbalik, yaitu tanah yang semula berada dibagian bawah menjadi di bagian atas. Pembajakkan atau pencangkulan tersebut disebut pengolahan pertama dan dimaksudkan untuk mematikan dan membusukkan rerumputan yang semula terdapat dibagian atas dari tanah, tetapi setelah pengolahan tanah terbenam ke bagian bawah. Seterusnya membawa tanah bagian bawah ke bagian bawah.  Seterusnya membawa tanah bagian bawah kebagian atas bertujuan untuk menganginkan tanah dan memberikan kesempatan kepada tanah untuk melepaskan racun-racun yang sangat mungkin terbentuk dalam tanah. Keadaan yang demikian ini biasanya berlangsung selama dua minggu. Dalam jangka waktu dua minggu itu rerumputan yang terbenam dianggap sudah membusuk atau melapuk, sementara racun-racun yang mungkin ada dalam tanah telah memperoleh waktu yang cukup lama untuk menguap ke udara dan meninggalkan lapangan. Pengolahan tanah yang kedua, yang merupakan penyisiran tanah, dilakukan 2 minggu kemudian. Pada waktu penggolahan tanah ynag kedua ini diusahakanlah tanah yang semula merupakan gumpalan-gumpalan besar, pecah dan remukkan sekecil-kecilnya. Bagian atas dari tanah diusahakan sedemikian rupa sehingga menjadi sedatar mungkin.
Pengolahan tanah yang ketiga, dilakukan juga 2 minggu sesudah pengolahan yang kedua. Pengolahan yang ketiga itu terdiri dari membajak atau mencangkul tanah yang sudah diremukkan dan diratakan pada pengolahan atau penyisiran pertama. Pengolahan tanah jelasnya jika pembajakkan dilakukan dari arah timur kebarat, maka pembajakkan yang kedua dilakukan dari arah selatan keutara atau sebaliknya. Pembajakkan yang kedua segera diikuti oleh penyisiran tanah dan merupakan pengolahan tanah yang terakhir. Keadaan lahan diusahakan lebih tinggi daripada pinggiran lahan, dengan demikian dimaksudkan apabila ada hujan turun secara berlebihan air hujan itu segera mengalir dari tengah-tengah lahan ke pinggirannya.
Para petani jawa yang telah bisa membudidayakan tanaman padi ditanah tegalan setiap musim telah menyadari akan bahaya erosi dan oleh karenanya dengan sendirinya berusaha untuk mempertahankan kesuburan tanah tegalannya dengan membuat parit-parit penampung erosi ataupun dimana tanah tegalannya agak terjal atau miring dengan jalan membuat teraseering menurut contohnya lapangan dengan maksud untuk menghindarkan lajunya air meninggalkan lahan.
3.                  Padi Huma atau Padi Ladang
Pelaksanaan budidaya padi huma dan padi ladang. Untuk menanam padi huma atau padi ladang biasanya pengusahaannya seperti telah diuraikan terlebih dahulu, hanya memilih sebidang tanah yang ditumbuhi oleh belukar atau hutan yang lebat. Tanah yang demikian oleh karena bertahun-tahun berada dibawah naungan belukar atau hutan lebat yang banyak mengandung humus dan memiliki kandungan zat atau unsur hara yang relatif banyak. Pada tanah bekas belukar atau bekas hutan lebat tidak pelu dilakukan pengolahan tanah. Yang perlu dikerjakan petani adalah membersihkan lahan dari pohon-pohon dan dahan-dahan yang ditebang atau ditumbangkan. Dahan-dahan dan pohon-pohon ditumpukan disalah satu sudut dari lapangan untuk dibakar kemudian jika dahan-dahannya telah kering. Dilindungi oleh belukar atau pohon-pohon hutan pada tanah-tanah huma tau ladang tersebut tidak banyak kesempatan untuk rerumputan hidup dan tumbuh dengan subur dipermukaan tanah. Ditambah dengan keadaan bunga tanah yang kersal = tidak padat, tidak perlu menggadakan pengolahan tanah. Namun yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah pmbersihan lahan dari dahan-dahan, tangkai-tangkai pohon pepohonan yang berceceran dimana-mana. Tata cara penanaman padi gogo adalah dengan menggunakan batang alat penungal, petani membuat lubang-lubang di lahan. Didalam lubang dimasukkan 5-7 benih. Jaraknya antara dua lubang bertanam pada umumnya adalah 25-30 cm. Setelah benih ditungalkan dalam tiap-tiap lubang kemudian ditutup kembali dengan maksud agar benih yang ditungalkan dalam tiap-tiap lubang tidak diganggu oleh burung atau binatang-binatang kecil lainnya, sehingga pertumbuhannya bisa maksimal.
E.             Jenis-jenis Padi
1.      Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
2.      Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
3.      Padi Pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
4.       Padi Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
5.      Padi Wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan rajalele. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.




BAB III
TEKNIK BUDIDAYA
A.                Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7.
B.                 Budidaya Tanaman Padi
1.      Pembenihan
Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu ditempat lain. Dalam pembenihan ada beberapa yang perlu diperhatikan  dan dilakukan yaitu :
a.         Seleksi Benih
Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan dengan benar. Semua usaha perawatan tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan bila yang ditanam adalah benih jelek. Untuk itulah, seleksi benih harus dilakukan dengan cermat dan sebaik-baiknya.
Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit dan bebas dari campuran biji rerumputan yang dikenhadaki. Benih yang baik pun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harusmencapai 90%. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan seragam.
b.        Kebutuhan Benih
Salah satu kebutuhan yang umum dilakukan petani Indonesia, tetapi sudah dianggap biasa adalah penggunaan benih yang berlebihan. Petani biasanya menyediakan benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan ditanami.
Perhitungan sederhana berikut membuktikan bahwa jumlah benih tersebut jauh diatas kebutuhan sebenarnya. Dengan asumsi jarak tanam rata-rata 25 x 25 cm maka setiap hektar sawah dapat memuat 160.000 rumpun bibit padi. Bila setiap rumpun rata-rata 4 bibit padi maka jumlah butir gabah yang diperlukan sebanyak 640.000. Berat gabah bernas sebanyak itu hanya sekitar 20-25 kg saja. Dengan asumsi daya tumbuh 90% maka jumlah bibit yang dibutuhkan maksimal hanya 30 kg.
Sehingga dapat dihitung apabila kita melakukan usaha budidaya dengan menggunakan tanah seluas 2000 m2, dengan menggunakan jarak tanam rata-rata 25 x 25 cm maka setiap 2000m2 dapat memuat 32.000 rumpun bibit padi. Apabila dalam setiap rumpun rata-rata 4 bibit padi maka jumlah butir gabah yang diperlukan sebanyak 128.000 rumpun bibit padi. Berat gabah bernas sebanyak itu hanya sekitar 4-5 kg. Dengan asumsi daya tumbuh 90% maka jumlah bibit yang dibutuhkan maksimal hanya 6 kg.
Berlebihnya penyediaan benih padi juga berpengaruh terhadap mutu bibit padi yang dihasilkan. Oleh karena terlalu banyak maka saat ditebar diatas persemaian, benih-benih tersebut akan tersebar sangat berdekatan atau bahkan berimpitan satu dengan lainnya. Akibatnya, bibit akan tumbuh saling berjejal sehingga sinar matahari tidak dapat menembus kesela-selanya. Kondisi ini dapat menjadikan bibit tumbuh memanjang dan lemah sehingga saat dipindahkan ke lahan ada banyak yang mati.
Untuk memperoleh bibit yang sehat dan kokoh, jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 g/m2. Dengan jumlah tersebut benih akan tersebar dalam jarak yang cukup untuk memberikan keleluasaan bagi bibit tumbuh sehat dan kokoh. Dalam perhitungan lebih lanjut, perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100. Artinya, bila sawah seluas 1 hektar maka bagian sawah sebagai tempat pembenihan cukup sekitar 35 m2, sehingga apabila kita melakukan budidaya padi seluas 2000m2 maka tempat untuk pembenihan cukup sekitar 7 m2.
c.         Penyiapan Tempat Pembenihan
Menyiapkan tempat pembenihan pada prinsipnya sama dengan menyiapkan lahan penanaman. Bagian sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kira-kira 30 cm. Selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi bagian-bagian yang lebih kecildan selanjutnya diinjak-injak sampai lumer. Bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg untuk setiap 35 m2 dengan cara ditebar merata, sehingga apabila tanah seluas 7 m2 maka pupuk kandang matang yang digunakan sebanyak 8 kg. Selanjutnya pupuk kandang tersebut dinjak-injak sehingga menyatu dengan tanah. Bila tanah tidak subur (dapat ditingkatkan kesuburannya), jumlah pupuk kandang yang diberikan dapat ditingkatkan menjadi 100 kg per 35 m2. Sehingga apabila tempat penyemaiannya seluas 7 m2 maka pupuk kandang matang bisa ditingkatkan menjadi 20 kg. Cara pemberiannya sama dengan pada tanah yang subur.
Pada keempat sisi dan tengah tempat pembibitan, harus dibuatkan parit sebagai tempat untuk mengeluarkan air yang berlebihan. Parit sangat dibutuhkan karena air yang menggenang cukup tinggi dipersemaian akan berakibat turunnya mutu bibit yang dihasilkan. Salah satu akibatnya adalah pertumbuhan perakaran bibit tidak sempurna karena suhu di dalam tanah terlalu rendah. Penyiapan tempat untuk pembibitan ini dilakukan kira-kira seminggu sebelum benih disebarkan.
d.        Mengecambahkan Benih
Benih yang sudah terseleksi selanjutnya dikecambahkan dahulu sebelum disebar dipersemaian. Caranya, benih direndam dalam air bersih selama sekitar dua hari sehingga menyerap air. Air pada benih ini akan digunakan dalam proses perkecambahannya.
Bersamaan dengan perendaman benih, dapat sekaligus dilakukan pemilahan. Benih yang hampa akan mengapung di permukaan air, sedangkan benih bernas akan tenggelam. Hanya benih bernas saja yang dipilih untuk dikecambahkan. Sementara beni yang mengapung tidak dipilih.
Setelah diredam selama dua hari, benih diangkat dan diperam sekitar dua hari agar berkecambah. Pemeraman dilakukan dengan cara dihamparkan diatas lantai dan kemudian ditutup karung goni basah. Selain menggunakan cara ini, pemeraman dapat dilakukan dengan cara benih dimasukkan dalam karung plastik dan ditutup rapat. Benih yang baik biasanya sudah mulai berkecambah hanya dalam waktu sehari.
e.         Menyebarkan Benih
Benih yang sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati kepermukaan tanah persemaian. Usahakan benih tersebar merata dan tidak tumpang tindih. Benih tidak perlu harus terbenam kedalam tanah. Biasanya benih yang terpendam dalam tanah justru dapat terinfeksi patogen penyebab busuk kecambah.
f.         Pemeliharaan Persemaian
1)      Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhaan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.
2)      Pengobatan
Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.
2.      Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan pada dasarya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus. Selain kehalusan tanah, ketersedaian air yang cukup harus diperhatikan. Bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka akan makin banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.
Butiran tanah yang lunak dan halus ini lazim disebut koloid. Di dalam koloid ini terikat bermacam-macam unsur hara yang terpenting bagi tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe) dan kalsium (Ca). Oleh karena itu, bila pengolahan tanah sawah makin sempurna maka makin halus tanah tersebut sehingga jumlah koloid tanah semakin banyak. Akibatnya unsur hara terikat akan semakin banyak sehingga tanah akan semakin subur.
Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah memperbaiki pematang sawah. Perbaikan pematang sawah dilakukan dengan cara ditinggikan dan lubang-lubang ditutup kembali. Adanya lubang memungkinkan air dapat keluar dari lahan. Padahal, lahan penanaman ini harus digenangi air selama seminggu sebelum pengolahan tanah selanjutnya.
Setelah direndam selama  seminggu, biasanya tanah sudah lunak dan pembajakkan dapat segera dapat dilakukan. Pembajakkan sawah dapat dilakukan dengan menggunakan traktor atau cara tradisional dengan menggunakan tenaga hewan ( biasanya memanfaatkan kerbau). Kedua cara tersebut dapat dipilih asalkan tujuannya dapat dicapai yaitu membalikkan tanah. Selain untuk pembalikkan tanah, pembajakkan pun bermanfaat memberantas gulma. Dengan pembajakkan, tanaman penganggu dan biji-biji padi akan terbenam dan terurai.
Dari dua pilihan cara pembajakkan sawah, menurut berbagai pengalaman para petani, cara membajak tradisional akan memberikan hasil yang lebih baik. Mugkin hal ini terjadi karena mata bajak tradisional akan lebih dalam masuk ke dalam tanah sehingga pengolahan tanah menjadi lebih sempurna. Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada keterkaitannya dengan produktivitas. Pada kedalaman tertentu produksi akan maksimal seperti yang ada pada tabel dibawah ini :



Tabel 1 : Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah Terhadap Hasil     Panen
Kedalaman pengolahan tanah (cm)
Hasil panen (gram/rumpun)
8
12,4
12
18,2
16
20,8
20
23,2
24
26,4
28
27,9
32
27,5
 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa makin banyak dalam melakukan pengolahan tanah maka makin bagus produktivitas padi yang ditanam. Namun demikian, pada kedalaman 32 cm hasilnya justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan bunga tanah (top soil) yang merupakan lapisan tanah subur memang terbatas. Pengolahan tanah terbaik adalah pada kedalaman sekitar 30 cm.
Setelah dibajak tanah dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang air. Pengenangan air ini dilakukan agar proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Seminggu kemudian tanah dapat dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi makin kecil. Pembajakkan kedua inipun dapat diganti dengan pencangkulan. Prinsip pembajakkan kedua ini adalah agar bongkahan tanah menjadi makin kecil.
Pada pembajakkan yang kedua ini pemberian pupuk dasar dapat dilakukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang matang sebanyak 5 ton/hektar lahan sawah. Sehingga apabila dalam budidaya padi menggunakan lahan sawah seluas 2000 m2 maka pupuk kandang matang yang digunakan adalah sebanyak 1 ton. Pemberian pupuk kandang ini dilakuakn dengan cara ditebarkan merata keseluruh permukaan lahan, lalu dibiarkan selama 4 hari. Empat hari kemudian di bajak agar menyatu dengan pupuk kandang.
Lahan yang sudah dibajak kedua kalinya dibiarkan tergenang kembali selama empat hari. Empat hari kemudian, lahan digaru dengan cara tradisional (garu yang ditarik dengan kerbau) atau menggunakan cara modern (dengan menggunakan traktor). Penggaruan tanah bertujuan agar tanah menjadi rata dan rerumputan yang masih tertinggal dapat terbenam ke dalam tanah. Setelah itu, kembali lahan dibiarkan tergenang selama 4 hari.
Empat hari setelah digaru, tanah sudah menjadi lumpur halus dan pupuk kandang sudah menyatu sempurna dengan tanah. Pada saat ini penanaman bibit dapat dilakukan. Setelah lahan benar-benar dalam kondisi siap tanam, ditengahnya dibuat alur memanjang sepanjang lahan dengan lebar sekitar 50 cm sebagai saluran keluar masuknya air.
3.      Penanaman
Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit di persemaian sudah memenuhi syarat maka penanaman dapat segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama penyakit, serta jenisnya seragam.
Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas. Varietas genjah (100-115 hari), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18-21 hari. Varietas sedang sekitar 130 hari, umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 21-25 hari. Sementara varietas dalam (sekitar 150 hari), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 30-45 hari.
Jarak tanam dilahan pun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila tanah sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan oleh petani di Indonesia adalah 25 x 25 cm dan 30 x 30 cm.
Jumlah bibit yang dimasukkan kedalam setiap “dapur” atau rumpun adalah 3-4, tergantung kondisi bibit dan sifat varietas. Bila kondisi bibitnya kokoh dan sehat serta varietasnya berumpun banyak maka setiap rumpun cukup ditanam sebanyak tiga bibit saja. Namun, bila keadaan bibitnya kurang kokoh dan varietasnya merumpun sedikit maka setiap rumpunnya sebanyak empat bibit.
Umumnya sebagian besar petani di Indonesia kurang memperhatikan kedalaman bibit saat dibenamkan ke lahan. Kedalaman yang sering digunakan hanya didasarkan pada pengalaman selama bertahun-tahun menjadi petani. Di banyak tempat sering terjadi bibit dibenamkan terlalu dalam, terlebih pada tanah yang melumpur lunak sempurna. Padahal bibit yang terlalu dalam dibenamkan akan berakibat pada berkurangnya jumlah anakan tanaman. Ini terjadi karena semakin dalam pembenamannya maka akan semakin kurang suhu tanahnya sehingga mata tunas yang ada di bagian bawah bibit tidak akan memperoleh rangsangan untuk membentuk anakan. Pada tabel 2 dibawah ini akan ditunjukkan pengaruh kedalaman pembenaman bibit terhadap hasil panen.
Tabel 2 : Pengaruh Kedalaman Penanaman Bibit Terhadap Produktivitas
Kedalaman
Jumlah Bulir/Rumpun
Hasil Gabah/1,5m2
2,5 cm
9,7
1,08 kg
5,0 cm
9
1,10 kg
7,5 cm
8,7
0,98kg
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa produktivitas tertinggi di capai pada pembudidayaan padi dengan bibit yang ditanam sedalam 5 cm. Oleh karena dalam praktek sulit menentukan kedalaman bibit 5 cm maka sebagai patokan adalah bibit yang sudah terbenam sekitar dua buku jari tangan.
4.      Pemeliharaan Tanaman
Dalam melakukan budidaya padi maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan yaitu :
a.              Penyulaman
Meskipun bibit berasal dari benih terseleksi dan ditanam dengan cara yang benar, akan tetapi ada beberapa diantaranya yang kemungkinan tidak tumbuh. Oleh karena itu, bibit yang tidak tumbuh, rusak dan mati harus segera diganti dengan menggunakan bibit yang baru (harus disulam). Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Bila lebih lama, masaknya padi akan tidak serentak.
b.             Pengolahan tanah ringan
Sekitar 20 hari setelah tanam, biasanya petani melakukan pengolahan tanah ringan. Alat untuk pengolahan tanah ringan disebut sorok, yaitu semacam garpu kayu bergigi paku yang sudah ditumpulkan selebar kira-kira 15 cm dan bertangkai. Ujung sorok diarahkan ke tanah disekitar tanaman dan ujung lainnya dipegang petani. Dengan gerakkan maju mundur sambil sedikit ditekan, tanah disela tanaman akan menjadi gembur oleh ujung sorok.
Tujuan pengolahan tanah ringan adalah agar terjadi pertukaran udara, yaitu oksigen masuk ke dalam tanah dan gas-gas yang terbentuk dalam keadaan anaerobik di dalam tanah yang dapat menguap. Gas-gas anaerobik tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman. Oleh karena itu, air harus dikeluarkan dari lahan saat pengolahan tanah ringan ini dapat tercapai. Ini disebabkan air yang menggenangi lahan dapat menghalangi proses pertukaran gas.
Pengolahan tanah ringan biasanya dilakukan sekitar seminggu sebelum penyiangan pertama. Antara pengolahan tanah ringan dan penyiangan pertama harus diberi jarak waktu sekitar seminggu sebelum penyiangan pertama. Antara pengolahan tanah ringan dan penyiangan pertama harus diberi jarak waktu sekitar seminggu. Ini disebabkan biasanya sesudah pengolahan tanah ringan tanaman menjadi sedikit stres karena beberapa akarnya terputus oleh gerakan ujung sorok.














c.              Penyiangan
Lahan yang diolah sempurna memang tampak sesudah bersih dari berbagai macam benih tanaman penganggu atau gulma. Namun, kenyataannya masih saja tumbuh tanaman liar atau tanaman penganggu seiring dengan tumbuhnya tanaman padi. Tanaman liar tersebut bersaing dengan tanaman padi dalam memperoleh zat hara dari dalam tanah. Oleh karena itu, penyiangan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya menjadi tinggi.
1.             Jenis gulma atau tanaman penganggu
Gulma yang sering menganggu pertanaman padi umumnya berupa jenis rerumputan yang bijinya dapat disebarkan oleh angin. Oleh karena itu, penyebaran rerumputan, gulma pada tanaman padi pun dapat berupa tanaman lain seperti enceng gondok. Adapun beberapa jenis gulma pada tanaman padi adalah sebagai berikut :
a.       Jajagoan
Jajagoan (Echinochloa crus-galli) merupakan sejenis rumput dengan berbatang bulat dan sering dijumpai pada pertanaman padi yang ditanam di lahan basah. Rumput ini mampu menghasilkan biji dengan pertumbuhan sangat baik, terutama bila tanah banyak mengandung unsur nitrogen (N). Saat ini masih muda, rumput ini serupa dengan tanaman padi sehingga sangat sulit untuk membedakannya. Pada pertanaman padi dibawah umur 60 hari, jajagoan menjadi gulma yang sangat serius.
b.      Sunduk Gangsir
Sunduk gangsir (Digitaria ciliaris) ini pun merupakan sejenis rumput berbatang bulat dan sering dijumpai pada  pertanaman padi lahan agak kering. Rumput ini mampu bertahan hidup dalam kondisi agak ekstrim. Bila sejenis rumput lainnya mati karena suhu sangat panas rumput ini masih tetap bertahan hidup.
c.       Teki
Rumput teki (Cyperus rotundus) berbatang segi tiga dan berumbi. Walaupun teki menghasilkan biji, tetapi perbanyakkannya hanya menggunakan batang bawah umbi. Rumput ini mampu tumbuh dan berkembang dalam berbagai kondisi tanah dan lingkungan. Selain itu, umbinya mampu bertahan hidup walaupun areal sawahnya tergenang atau kekeringan dalamwaktu lama. Oleh karena itu, teki menjadi gulma serius dan sangat kompetitif pada pertanaman padi.
d.      Enceng Gondok
Enceng ini berdaun lebar dan bersifat annual. Gulma ini sering dijumpai pada pertanaman padi sawah. Perbanyakkannya dengan menggunakan biji dan hidupnya pada berbagai tempat basah atau genangan air.
2.             Cara penyiangan
Dalam pertanian konvensional, gulma biasanya diatasi dengan penggunaan herbisida kimia. Herbisida kini disemprotkan sebelum tanam sehingga saat tanaman padi tumbuh, lahan sawahnya sedah terbebas dari berbagai jenis tanaman penganggu. Namun, herbisida sintesis atau kimia maka penyiangannya merupakan satu-satunya cara mengatasi gulma.
Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma. Gulma yang sudah dicabut dapat dibuang ke luar areal sawah atau dipendam dalam lumpur sawah sedalam-dalamnya. Dalam satu musim tanam, dilakukan tiga kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan ketika berumur sekitar empat minggu, kedua umur 35 hari, dan ketiga umur 55 hari. Pada penyiangan kedua dan ketiga, pengolahan tanah ringan tidak perlu lagi dilakukan.
d.             Pemasukkan dan pengeluaran air
Meskipun secara umum air yang tergenang dibutuhkan padi sawah namun ada saatnya sawah harus dikeringkan agar pertumbuhan dan produktivitas tanaman menjadi baik. Itulah sebabnya pemasukkan dan penegeluaran air harus dilakukan.
1.      Penggenangan Sawah
a.       Awal pertumbuhan
Setelah bibit padi ditanam, petakan sawah harus digenangi air setinggi 2-5 cm dari permukaan tanah. Penggenangan air ini dilakukan selama 15 hari atau saat tanaman mulai membentuk anakan. Air harus dipertahankan pada ketinggian tersebut. Tujuannya agar struktur tanah yang sudah diperoleh saat pengolahan tanah dapat dipertahankan. Penggenangan air ini juga dapat menghambat pertumbuhan gulma karena gulma akan sulit tumbuh pada air yang dangkal. Dalam hal ini permukaan tanah yang tidak rata, harus sudah diantisipasi sejak pengolahan tanah yaitu saat penggaruan.
b.      Pembentukkan anakan
Pada fase pembentukan anakan, ketinggian air perlu ditingkatkan dan dipertahankan antara 3-5 cm sehingga tanaman terlihat bunting. Bila ketinggian air lebih dari 5 cm, pembentukkan anakan atau tunas akan terhambat. Sebaliknya, bila ketinggian airnya kurang dari 3 cm, gulma akan mudah tumbuh.
c.       Masa bunting
Pada masa bunting, air sangat dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Oleh karena itu, ketinggian genangan airnya pun harus cukup tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Kekurangan air pada fase ini harus dihindari karena dapat berakibat matinya primordia. Kalaupun primordia tidak mati, bakal butir gabah akan kekurangan makanan  sehingga banyak terbentuk butir gabah yang hampa.
d.      Pembungaan
Selama fase pembungaan, ketinggian air dipertahankan antara 5-10 cm. Kebutahan air pada fase ini cukup banyak. Namun, bila mulai tampak keluar bunga maka sawah perlu dikeeringkan selama 4-7 hari. Ini dilakukan agar pembungaan terjadi atau berlangsung secara serentak. Pada saat bunga muncul serentak, air segera dimasukkan kembali agar makanan dan air dapat terserap sebanyak-banyaknya oleh akar tanaman. Ketinggiannya tetap 5-10 cm.
2.      Pengeringan Sawah
Seperti halnya penggenangan sawah, pengeringan air pun perlu dilakukan. Pengeringan tidak dilakukan pada semua fase pertumbuhan tanaman, akan tetapi hanya pada fase sebelum bunting dan fase pemasakkan biji.
Tujuan utama pengeringan sawah adalah untuk memperbaiki aerasi tanah, memacu pertumbuhan anakan, meningkatkan suhu dalam tanah, meningkatkan perombakan bahan organik oleh jasad renik, mencegah terjadinya busuk akar, serta mengurangi populasi berbagai hama. Selain itu, untuk fase-fase tertentu, tujuan pengeringannya berbeda sehingga perlu dilakukan secara tepat pada fase tersebut. Cara mengeluarkan air adalah dengan membuka saluran pembuangan di pinggir lahan sehingga air keluar melalui alur yang sudah dibuat di tengah-tengah lahan.
a.       Menjelang bunting
Pengeringan lahan menjalang padi bunting bertujuan untuk menghentikan pembentukkan anakan atau tunas karena pada saat ini tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan generatif. Lama pengerigan lahan sekitar 4-5 hari. Pengeringan ini akan mengurangi tercairnya zat-zat hara dalam tanah sehingga penyerapan hara oleh akar untuk pembentukkan anakan akan berkurang. Keadaan seperti ini akan merangsang pertumbuhan generatif sehingga tanaman akan berbunga serentak.
b.      Pemasakkan biji
Tujuan pengeringan sawah pada saat pemasakkan biji adalah untuk menyeragamkan biji dan mempercepat pemasakkan biji. Oleh karena umur pemasakkan biji padi sangat bervariasi tergantung varietasnya maka sebagai patokan pengeringan adalah saat seluruh bulir padi mulai mengguning. Pengeringan jangan dilakukan sebelum semua bulir tampak menguning karena dapat berakibat malai padi menjadi kosong. Pengeringan ini dilakukan hingga saat padi dipanen.



e.              Pemupukkan
Ciri utama dalam melakukan budidaya tanaman padi adalah tidak menggunakan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik. Seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik, yang dimulai dari pemupukkan awal atau dasar hingga pemupukan susulan. Pupuk tesebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar maupun cair  yang diaplikasikan lewat daun.
1.             Pemupukan Dasar
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg.  Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan  tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah.  Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun  (BWD).  Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman. Pemberian pupuk N awal diberikan pada umur padi sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah.  Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 50-75 kg urea, sedangkan untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea
2.                     Pemupukan Susulan
Melakukan pemupukan susulan selama budidaya merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanamanpadi harus tetap tersedia sepanjang masa untuk menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan dapat diberikan melalui daun maupun akar tanaman. Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman padi berumur 7 HST sebanyak 150 kg/ha NPK (15-15-15), dan 50 kg/ha pupuk urea. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST, menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha, NPK 15-15-15 150 kg/ha. Selanjutnya, pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur 35 HST menggunakan NPK 250 kg/ha. Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, agar lebih hemat waktu maupun tenaga kerja, pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Saat tanaman padi berumur 14 hst, berikan pupuk daun nitrogen tinggi dengan konsentrasi 2 gr/liter. Pupuk daun P dan K tinggi diberikan saat umur 30 dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium saat umur 30 hst menggunakan pupuk MKP (2 gr/liter), sedangkan saat berumur 45 hst berikan 4 gr/liter.Pemupukkan Susulan
f.              Pemberantasan hama dan penyakit
Pada budidaya tanaman padi dalam melakukan pemberantasan hama dan penyakit ada yang menggunakan pestisida kimia atau menggunakan pestisida organik. Sehingga petani padi sudah seharusnya mengenali hama dan penyakkit yang menyerang tanaman padi.
1)             Hama penting pada padi
Pada pertanaman padi ada beberapa hama-hama yang menyerang sehingga merugikan petani padi. Berikut pemaparan hama-hama yang menyerang pada tanaman padi adalah :
a.             Wereng Coklat
Nilaparvata lugens Stal adalah jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi. Wereng coklat merupakan hama dari golongan insekta tergolong sangat merugikan pertanaman padi di Indonesia. Akibat serangan hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering, tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi tanpa diimbangi P,K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan ditandai terdapatnya imago, menghisap cairan tanaman di pangkal batang, kemudian tanaman padi menguning, akhirnya mengering.
Pengendalian hama wereng coklat diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
b.             Wereng Hijau
Hama pengganggu tanaman padi jenis ini adalah Nephotettix virescens. Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab penyakit tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye. Pengendalian hama wereng hijau selama budidaya ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.
c.             Walang Sangit
Spesies walang sangit yang menyerang tanaman padi adalah Leptcorisa oratorius. Hama Walang sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan bulir padi bahkan mengakibatkan bulir menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna, berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai masak susu merupakan fase paling rentan. Walang sangit selain menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah. Hama ini menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration.
Pengendalian kimiawi selama budidaya ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
d.            Penggerek Batang
Hama penggerek batang yang menyerang selama proses budidaya di Indonesia terdiri dari beberapa spesies, diantaranya
1.        Scirpophaga incertulas
2.        Scirpophaga innotata
3.        Chilo suppressalis
4.        Chilo polychrysus Meyrick
5.        Chilo auricilius Dudgeon
6.        Sesamia inferens
7.        Tryporiza innota
8.        Tryporiza incertulas
Serangan fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil panen karena tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat serta mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).
Serangan penggerek batang fase generatif ditandai adanya larva penggerek batang memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu, serta bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, bagian pangkal batang terdapat bekas gerekan larva hama penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
e.             Keong Mas
Biasanya keong mas banyak dijumpai di areal persawahan, mereka merupakan hama pengganggu tanaman padi. Hama ini merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman lalu memakannya, menyebabkan adanya bibit hilang per tanaman. Keong mas menyenangi tempat-tempat genangan air. Pomacea canaliculataadalah spesies yang menyerang selama proses budidaya.
Pengendalian yang dapat dilakukan diantarnya dengan melakukan pengamatan di lapangan, waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi lihat saja petunjuk yang ada di kemasannya.
f.              Tikus
Hama tikus sawah penyebab kegagalan budidaya berasal dari spesiesRattus argentiventer Rob Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama budidaya padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan sangat spesifik.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian hingga padi siap dipanen, bahkan menyerang padi dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan hama tikus bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.
Pengendalian hama tikus akan dijelaskan lebih lanjut, mengingat serangannya mampu menggagalkan panen hingga 100% (puso). Berikut cara pengendalian hama tikus:
1)               Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan bertujuan menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan maupun perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi (bertujuan agar hama tikus tidak bersarang di tempat tersebut).
2)               Kultur Teknis
Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena hama tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan hama ini. Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai hama tikus.
3)               Pengendalian Fisik
Tujuan pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara pengendalian dapat menggunakan alat penyembur api (brender) yang disemprotkan ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang tikus, mengusir hama tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan massal (community actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS), serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS maupun TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
4)               Pengendalian Fisik
Tujuan pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara pengendalian dapat menggunakan alat penyembur api (brender) yang disemprotkan ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang tikus, mengusir hama tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan massal (community actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS), serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS maupun TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
5)                    Pengendalian Kimiawi
Rodentisida. Rodentisida di pasaran umumnya dalam bentuk siap pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut maupun antikoagulan. Racun akut dapat membunuh hama tikus langsung di tempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan hama menjadi jera. Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan hama mati setelah lima hari memakan umpan (dosis cukup agar tidak menyebabkan jera umpan). Namun demikian jenis rodentisida antikoagulan mempunyai efek sekunder negatif terhadap predator tikus. Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang.
6)               Antifertilitas
Adalah cara pemandulan hama tikus baik tikus jantan maupun betina. Cara ini lebih efektif karena hama tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis bahan kimia untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan untuk memandulkan tikus sawah.
g.             Burung Pemakan Biji-bijian
Ada beberapa jenis burung pemakan biji-bijian yang dapat menjadi hama padi, diantaranya ialah burung pipit tudung putih (Lonchura Leucogastroides), pipt haji (lonchura raffles), pipit jawa ( lonchura leucogastroides orsfield), gelatik (padda oryzivora), perkutut (geopeli striata) dan derkuku ( streptopelia chinensis).
Diantara jenis burung tersebut, pipit tundung putih dan pipit haji merupakan jenis populasinya yang masih banyak dialam sehingga menjadi ancaman bagi para petani padi. Saat menyerang tanaman yang menguning bisa mencapai ribuan ekor. Hal ini sangat merugikan bagi para petani padi karena bisa menyebabkan gagal panen.
Hingga saat ini belum ada pestisida khusus untuk mengendalikan burung, baik pestisida alami maupun pestisida kimia. Satu-satunya cara pengendalian burung adalah secara tradisional, yaitu dengan menakut-nakuti burung agar tidak hinggap di diareal sawah. Agar burung menjadi takut, dapat digunakan orang-orangan atau hantu sawah yang dihubungkan dengan tali dari gubuk. Tali yang disentakkan dari gubuk menyebabkan orang-orangan bergerak-gerak menakuti burung. Orang-orangan tersebut dilengkapi dengan bunyi-bunyian. Suara yang timbul saat orang-orangan bergerak dapat mengusir burung.
h.             Orong-orong
Hama ini berasal dari spesies Gryllotalpa orientalis Burmeister. Sebetulnya, hama orong-orong jarang menjadi masalah serius dalam budidaya, tapi sering ditemukan di lahan pasang surut serta biasanya hanya terdapat di sawah kering tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke pematang. Stadia tanaman rentan terhadap serangan hama ini adalah fase pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Oorong-orong merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi di pangkal batang yang berada di bawah tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira petani disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Tanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.
Pengendalian hama orong-orong untuk budidaya ini dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil, jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
i.               Ulat Grayak
Ulat grayak yang menyerang selama budidaya adalah Spodoptera litura. Ulat menyerang daun tanaman padi secara bergerombol dalam jumlah sangat banyak, serangannya dilakukan di malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala serangan daun berupa bercak-bercak putih berlubang, bahkan hanya meninggalkan tulang daun. Larva hama ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau maupun ketika tanaman padi kekurangan air.
Pengendalian hama ulat grayak adalah dengan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif deltametrin, sipermetrin, sipermetrin, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, metomil, atau dimehipo. Konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
j.               Hama putih
Hama putih yang menyerang tanaman padi berasal dari spesiesNymphula depunctalis. Hama putih menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi berumur kurang lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan bawah daun sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya serangan hama ditandai adanya larva kecil maupun ngengat (larva ini menyelesaikan hidupnya selama 35 hari).
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Serangan daun ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung (tabung digunakan larva untuk membungkus dirinya, terbungkus oleh benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi hama putih selama budidaya dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
k.             Hama putih palsu
Hama ini berasal dari spesies Chanaphalocrosis medinalis. Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna putih. Ngengat berwarna kuning coklat, bagian sayap depannya ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat berbentuk segitiga.
Pengendalian hama putih palsu untuk budidaya padi tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupun pupukdikelola dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali, bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
2)             Penyakit penting pada padi
a.             Hawar Daun Bakteri
Hawar daun bakteri yang menyerang tanaman padi adalah bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan serta di semua tempat baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketika musim hujan penyakit ini biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil akibat serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
b.             Hawar daun Jingga
Hawar daun jingga yang menyerang tanaman padi sawah disebabkan oleh cendawan Pseudomonas sp. Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa-Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Saat musim kemarau, serangan terjadi pada fase generatif. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat ini belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh perlakuan selama proses budidaya seperti pemupukan, jarak tanam, serta pengairan.
Pengendalian penyakit hawar daun jingga selama budidaya dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
c.             Hawar Daun Pelepah
Serangan ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn.Penyakit hawar menyerang tanaman padi baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala penyakit dimulai dari bagian pelepah dekat permukaan air, berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat sedangkan bagian tengah berwarna putih pucat. Hawar pelepah muncul sejak dikembangkan varietas padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk kandungan nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara tanam berjarak rapat. Kehilangan hasil produksi akibat serangan penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.



d.            Busuk Batang
Penyakit busuk batang yang menyerang tanaman padi sawah adalah candawan Helminthosporium sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan di setiap musim tanam mulai dari kategori infeksi ringan sampai sedang. Saat musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat terinveksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan prosentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil produksi akibat serangan penyakit ini mencapai 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak, terutama ditanam di lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek.
Cara pengendaliannya adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
e.             Bercak Cokelat
Penyakit daun coklat yang menyerang tanaman padi adalah cendawanHelminthosporium oryzae. Gajala serangan ditandai bercak coklat pada daun berbentuk oval merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapangan. Bercak masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Serangan berat menyebabkan jamur menginfeksi gabah, gejalanya bercak berwarna hitam atau coklat gelap).
Cara mengendalikan penyakit bercak daun coklat selama budidaya diantaranya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
f.              Blast
Penyakit blas yang menyerang tanaman padi disebabkan oleh cendawanPyricularia grisea. Blas merupakan penyakit penting terutama padi gogo. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia diantaranya Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, serta Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan serius karena banyak ditemukan di beberapa varietas di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyakit blas menginfeksi tanaman di semua stadium, disamping itu juga menyebabkan tanaman puso. Saat tanaman memasuki fase vegetatif serangan biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Sedangkan saat memasuki fase generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai, disebut blas leher (neck blast). Pemupukan tidak berimbang, terutama kandungan nitrogen tinggi disertai kondisi kekurangan air sangat disenangi oleh penyakit ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit akan semakin tinggi.
Pengendalian penyakit blas selama budidaya antara lain dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.



g.             Tungro
Penyakit tungro pada tanaman padi adalah virus batang tungro padi (rice tungro bacilliform virus, RTBV) maupun virus bulat tungro padi (rice tungro spherical virus, RTSV). Penyakit tungro merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua virus ditularkan secara semipersisten oleh beberapa spesies hama wereng hijau maupun hama wereng daun lainnya. Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun kuning nampak sedikit melintir serta jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning disertai tinggi tanaman tidak merata, serta terlihat spot-spot tanaman kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.
5.      Panen dan Pasca Panen
Panen merupakan saat yang ditunggu-tunggu setiap petani. Pada dasarnya panen dan pascapanen padi yang diperlukan adalah teknik-teknik pemanenan dan teknik pasca panen yang baik dan minimal sesuai standar panen.
a.              Panen
Sekitar sepuluh hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya padi berlangsung serentak. Selain, keringnya sawah akan lebih memudahkan pemanenan.
1)             Saat Panen
Pemanenan padi harus dilakukan pada saat yang tepat. Panen yang terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu banyak butir hijau atau butir berkapur. Bila hal lain yang terjadi, nantinya akan diperoleh beras yang sudah hancur saat digiling. Sebaliknya, panen yang terlambat dapat menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah dimakan burung atau tikus.
Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk. Tangkai padi menunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen.
2)             Cara Panen
Secara tradisional padi ditanam dengan ketam. Hanya saja panen dengan alat ketam tersebut agak lambat dan perlu banyak tenaga kerja sehingga tidak efisien. Agar panen dapat berlangsung cepat, alat yang digunakan adalah sabit. Dikatakan cepat karena hanya dengan empat tenaga kerja saja luas areal padi yang dapat dipanen mencapai 2000m2 untuk waktu setenggah hari. Sementara panen dengan ketam memerlukan sepuluh tenaga kerja untuk areal yang sama, akan tetapi waktunya selama dua hari. Panen dengan menggunakan sabit ini hanya disisakan batang paling tinggi 20 cm dari permukaan tanah.
3)             Perontokkan
Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat perontokan dapat langsung dilakukan dilahan atau dihalaman rumah setelah diangkut kerumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan cara menyentuh malai padi ke gerigi alat yang berputar. Sementara perontokkan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi dipukul-pukulkan ke kayu hingga gabah berjatuhan. Selain dipukul-pukulkan,malai padipun dapat diinjak-injak agar gabah rontok.
Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokkan maka tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman bambu atau lembaran plastik tebal(terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah diharapkan dapat tertampung.
Setelah dirontokkan, butir-butir gabah dikumpulkan di gudang penyimpanan sementara. Oleh karena itu tidak semua petani memiliki gudang sementara, pengumpulan dapat dilakukan diteras rumah atau perlu dimasukkan dalam karung, akan tetapi cukup ditumpuk setinggi maksimal 50 cm.
b.             Pasca Panen
1)                  Pegeringan
Agar padi bisa tahan lama dalam penyimpanan dan bisa digiling menjadi beras maka gabah harus dikeringkan terlebih daluhu sebelum disimpan. Gabah yang dikeringkan ini dihamparkan diatas lantai semen yang terbuka. Penggunaan lanta semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh diterima oleh gabah yang dijemur. Apabila tidak memiliki halaman atau tempat terbuka yang disemen maka halaman tanah juga dapat dijadikan sebagai tempat penjemuran. Namun, gabah perlu diletakkan pada alas anyaan bambu, tikar atau lembaran plastik terpal. Hal ini dilakukan aar gabah tidak bercampur dengan tanah.
Pada saat penjemuran, petani harus rajin mengeluarkan gabah abapila panas dan memasukkan kembali kegudang sementara pada saat kondisi iklim dan cuaca. Bila cuaca cerah dan matahari bersinar penuh sepanjang hari, penjemuran hanya berlangsung dalam waktu 2-3 hari. Namun apabila keadaan cuaca terkadang mendung atau gerimis dan terkadang panas, waktu penjemurannya dapat berlangsung lama, sekitar 1 minggu. Walaupun lama, namun petani tetap saja mengandalkan panas matahari untuk pengeringan gabah, tidak pernah menggunakan alat lain seperti halnya pengering gabah.
2)                  Penggilingan
Penggilingan dalam pascapanen padi merupakan kegiatan pemisahan beras dari kulit yang membungkusnya. Ada dua cara pemisahan tersebut yaitu secara tradisional dan modern.
a.         Cara Tradisional
Pemisahan secara tradisional menggunakan alat sederhana, yaitu lesung dan alu. Lesung terbuat dari batang kayu yang utuh yang diceruk mirip perahu. Cerukkan pada kayu tersebut berfungsi untuk tempat gabah ditumbuk. Sedangkan alu merupakan pasangan dari lesung sebagai alat penumbuk gabah. Alu tersebut terbuat dari kayu yang bentuknya bulat panjang seperti pita.
Gabah yang ditumbuk dengan menggunakan alu dan lesung ini menghasilkan beras dan kulit. Beras yang dihasilkan disebut beras pecah kulit. Penampilan beras pecah kulit tidak putih bersih, melainkan agak kecoklatan karena masih terbalut bekatul. Bila beras demikian dimasak atau ditanak, nasinya tidak akan putih bersih. Namun, nasi dari beras pecah kulit ini memiliki kandungan gizi yang lebih baik. Hal ini adanya kandungan vitamin B yang tinggi dan terdapat pada bekatul.
Untuk mendapatkan beras putih bersih, beras pecah kulit harus ditumbuk ulang atau disosoh. Selain diperoleh beras putih bersih, pada penyosohan ini pun akan diperloleh kepala beras yang sering disebut menir.
Kendala penggilingan gabah secara tradisional adalah pekerjaannya sangat lambat, tenaga kerja yang memadai tidak tersedia dan alatnya semakin sulit ditemui. Saat ini kebanyakkan lesung dan alu sudah menghilang dari kehidupan petani padi karena kehadiran alat penggiling yang praktis dan daya kerjanya lebih cepat.
b.        Cara Modern
Pemisahan beras dari kulitnya dapat dilakukan dengan cara modern atau dengan menggunakan mesin penggiling padi. Alat yang sering digunakan berupa huller. Hasil yang diperoleh pada penggilingan dengan menggunakan alat penggiling gabah ini sama dengan cara tradisional, yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih.
3)                  Penyimpanan Beras
Beras yang sudah digiling secara tradisional maupun modern dapat langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka perlu ada tempat penyimpanan. Teknis penyimpanan beras harus diperhatikan agar kondisinya tetap bagus hingga saatnyaa dijual.
Pada umumnya beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik berukuran 40 kg atau 50 kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup rapat.
Didalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak benar-benar kering disaat penjemuran padi. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain itu, hama bubuk juga menyukai tempat yang lembab sehingga ruangan gudang harus dalam kondisi yang kering. Agar gudang menjadi kering maka alternatif agar gudang menjadi kering yaitu melengkapi ruangan dengan menggunakan ventilasi udara. Fungsi adanya ventilasi udara juga dapat membuat ruangan gudang menjadi agak terang sehingga hama seperti tikus tidak akan betah tinggal diruangan tersebut.
Penumpukan karung berisi beras di dalam gudang juga harus ditata sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar lebih awal. Akan lebih baik lagi apabila setiap karung diberi tanda khusus seperti tanggal penyimpanan. Sehingga akan mempermudah dalam mengeluarkan beras ketika akan dijual.
6.      Pengemasan
Beras ini dipasarkan melalui pasar swalayan, pasar tradisional, dan pasar modern serta langsung ke konsumen, dalam pengemasanya dengan menggunakan kantung plastik transparan atau karung plastik. Ukuran kemasan  disesuaikan dengan arah penjualannya, ukuran kemasan yang menggunakan plastik transparan ada yang 2,5-10 kg sedangkan yang menggunakan kantong plastik atau karung kisaran 20-50 kg.
Pada kemasan plastik transparan atau karung plastik dicantumkan logo atau gamabar disalah satu sisi. Disisi lainya diberi keterangan uji laboratorium dari lembaga tertentu yang menyatakan bahwa beras tersebut memiliki kualitas yang baik yang terhindar dari kuman dan memiliki kandungan gizi yang cukup.
7.       Pemasaran  
Sistem pemasaran tata niaga yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       saluran pemasaran pertama, petani menjual gabah ke pedagang pengumpul sebagai kaki tangan pedagang kongsi. Dari pedagang pengumpul, gabah ditampung, dikelompokan menurut jenis varietas dan disalurkan oleh pedagang kongsi ke pedagang kilang. Dari pedagang kilang, gabah mulai mengalami perlakuan meliputi proses pengeringan, penggilingan dan grading
beras. Beras yang telah dikemas dan diberi label selanjutnya disalurkan ke pedagang grosir. Dari grosir disalurkan ke pengecer-pengecer untuk dijual ke konsumen.
b.      saluran pemasaran kedua, petani menjual gabah ke pedagang pengumpul yang merupakan kaki tangan pemilik penggilingan desa. Di penggilingan desa, gabah mengalami proses pengeringan, penggilingan dan grading beras. Selanjutnya beras dikemas dengan tampa diberi label dan disalurkan ke pengecer desa untuk dijual ke konsumen. Mayoritas petani (85%) menempuh saluran pemasaran pertama dan sisanya (15%) menempuh saluran pemasaran kedua.



BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Rencana Pelaksanaan Kegiatan
1.      Waktu dan tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan budidaya padi sawah akan dilakukan mulai pada bulan Januari 2016 yang akan dilaksnakan di Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
2.      Agenda Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Tanam I
Tanam II
Tanam III
1.
Persiapan Lahan
1-15 Januari
1-15 Mei
1-15 Sep
2.
Penyemaian
2-20 Januari
2-20 Mei
2-20 Sep
3.
Penanaman dan Penyulaman
21-26 Januari
21-26 Mei
21-26 Sep
4.
Penyiangan


a.                   Penyiangan I
10Februari
10 Juni
10 Okt
b.                  Penyiangan II
25Februari
25 Juni
25 Okt
5.
Pemupukkan


a.                   Pemupukkan I
20Februari
20 Juni
20 Okt
b.                  Pemupukkan II
5 Maret
5 Juli
5 Nov
c.                   Pemupukkan III
28 Maret
28 Juli
28 Nov
6.
Kocor
8 Maret
8 Juli
8 Nov
7.
Semprot batang dan daun


a.                  Semprot I
3 Maret
3 Juli
3 Nov
b.                 Semprot II
13 Maret
13 Juli
13 Nov
c.                  Semprot III
23 Maret
23 Juli
23 Nov
8.
Panen
28 April
28Agustus
28 Des




B.     Analisa Kegiatan
1.      Persiapan Lahan
a.       Membersihkan Lahan
Dalam mempersiapkan lahan seluas 1 Ha dibutuhkan 8 orang tenaga laki-laki untuk membersihkan lahan yang akan digunakan untuk budidaya padi. Yang akan diselesaikan dalam waktu sehari. Sehingga uang yang harus dikeluarkan 8 x Rp 75.000 yaitu Rp 600.000. Jadi apabila tanah yang digunakan untuk Budidaya Padi seluas 2000m2 maka tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang tenaga kerja laki-laki, sehingga uang yang harus dikeluarkan yaitu 2 x Rp 75.000 yaitu Rp 150.000.
b.      Namping + memopok
Dalam mempersiapkan lahan seluas 1 Ha dibutuhkan 7 orang tenaga laki-laki untuk menamping dan memopok lahan yang akan digunakan untuk budidaya padi. Yang akan diselesaikan dalam waktu sehari. Sehingga uang yang harus dikeluarkan adalah  7 x Rp 75.000 yaitu Rp 525.000. Jadi apabila tanah yang digunakan untuk budidaya padi seluas 2000m2 maka tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang tenaga kerja laki-laki, sehingga uang yang harus dikeluarkan yaitu 1 x Rp 75.000 yaitu Rp 75.000.
c.       Membajak + menggaru
Dalam mempersiapkan lahan seluas 1 Ha dibutuhkan 8 orang tenaga laki-laki untuk membajak dan mengaru yang akan digunakan untuk budidaya padi. Yang akan diselesaikan dalam waktu sehari. Sehingga uang yang harus dikeluarkan 8 x Rp 75.000 yaitu Rp 600.000. Jadi apabila tanah yang digunakan untuk Budidaya Padi seluas 2000m2 maka tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang tenaga kerja laki-laki, sehingga uang yang harus dikeluarkan yaitu 2 x Rp 75.000 yaitu Rp 150.000.
d.      Membuat kemalir + meratakan
Dalam mempersiapkan lahan seluas 1 Ha dibutuhkan 7 orang tenaga  kerja laki-laki untuk membuat kemalir dan meratakannya sehingga uang yang dibutuhkan adalah 7 x Rp 75.000 yaitu Rp 525.000. Jadi apabila tanah yang digunakan untuk budidaya padi seluas 2000m2 maka tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang tenaga kerja laki-laki, sehingga uang yang harus dikeluarkan adalah 1 x Rp 75.000 yaitu Rp 75.000.
Pada dasarnya dalam penggolahan lahan dalam budidaya tanaman padi Sawah dengan menggunakan sistem Tegel atau biasa membutuhkan tenaga kerja laki-laki sebanyak 30 orang disetiap harinya. Sehingga apabila tanah yang digunakan untuk budidaya itu seluas 2000 m2 maka dibutuhkan 6 orang tenaga kerja laki-laki untuk mengerjakan pekerjaan ini dalam waktu sehari. Jadi uang yang harus dikeluarkan sebanyak 6 x Rp 75.000 yaitu sebesar Rp 450.000.
2.      Pembenihan
a.       Kebutuhan Benih
Kb = (Luas Lahan : Jarak Tanam )x daya tumbuh benih x jumlah bibit/lubang x berat/1000gr
 = (2000 m2 : 0,25 x 0,25) x (100:85) x 7 x (28:1000)
 = 32.000 x 1,176 x 7 x 0,028
 = 7375,8 gram
 = 7,3 kg
Sehingga benih yang dibutuhkan dalam melakukan budidaya tanaman padi apabila menggunakan luas lahan 2000m2 adalah 7,3 kg.
b.      Kelas Benih
Dalam budidaya ini petani padi menggunakan benih berlabel biru, karena benih padi dengan label berwarna biru merupakan salah satu benih yang dianjurkan dan disarankan dari dinas dan lembaga pertanian. Karena label-label yang lain masih digunakan dalam penelitian. Meskipun ada beberapa masyarakat yang menggunakan benih padi menggunakan label unggu.
Dalam melakukan budidaya tanaman padi yang dengan 3 periode ini maka jenis padi yang ditanam juga harus bervariasi, disini petani padi menggunakan benih Ciherang pada musim tanam pertama, menggunakan benih mentik pada musim tanam kedua dan pada musim tanam ketiga menggunakan benih Sintanur.
c.       Lama perendaman
Pilah atau pisahkan benih bernas (berisi sempurna) dari benih setengah berisi. Benih yg setengah berisi akan mengapung pada air mengandung 2% garam dapur atau 2% ZA. Larutan garam 3 % (30 g garam/L air). Kemudian benih segera dibilas dan segera lakukan perendaman. Dalam pembibitan tanaman padi dibutuhkan perendaman yaitu selama 24 jam atau direndam dalam jangka waktu sehari.
d.      Lama pemeraman
Setelah padi direndam maka langkah berikutnya adalah pemeraman yang dilakukan selama 48  jam atau  setara dengan 2 hari. Kemudian Benih yang sudah berkecambah (Muncul radicula) disebar  pada BOX STEREFORM. Dengan melapisi kertas dasar BOX STEREFORM, tebar media 0,5 cm media semai, tabur benih 60-80 GRAM / box, tutup dengan pupuk organik, ditutup paranet.
Dalam kegiatan pemeraman diperlukan tenaga kerja laki-laki selama setengah hari, sehingga upah yang diberikan adalah 1x ½ hari x Rp 75.000 mka uang yang dibayarkan adalah sebesar Rp 37.500.
e.       Sistem persemaian
Sistem persemaian yang digunakan dalam melakukan budidaya tanaman padi ini adalah dengan cara Dapok. Karena pembibitan dalam kotak ini sangat mengguntugkan yaitu hemat benih dan dalam melakukan pemimdahan apabila akan ditanam di sawah lebih cepat dan tidak akan membuang banyak waktu.
Dalam kegiatan penyemaian diperlukan tenaga kerja laki-laki selama setengah hari, sehingga upah yang diberikan adalah 1x ½ hari x Rp 75.000 mka uang yang dibayarkan adalah sebesar Rp 37.500.
f.       Kepadatan sebar
Dalam budidaya ini dilakukan persemaian didalam kotak, sehingga untuk kepadatannya telah diatur yaitu dengan penyemaian merata tidak bertumpuk, hal diusahakan supaya hemat dalam penggunaan benih.



3.      Penanaman
a.        Umur Pindah Tanam (tapin)
Dalam pemindahan benih padi harus diperhatikan yaitu padi berumur berapa efektif dan diperbolehkan dipindah. Dalam budidaya kali ini petani menggunakan benih padi yang ideal yaitu padi yang dipindah berumur 15-20 hari. Padi yang berumur ini tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua, maka harapannya dengan usia yang segini bisa menganakkan rumpun dan nantinya akan punya banyak malai sehingga hasil panen bagus dan melimpah.
b.      Jarak tanam
Jarak tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman padi ini adalah 25 x 25 cm. Karena petani merasa bahwa menggunakan jarak tanam ini akan lebih efektif dalam perawatannya, dan tanaman padi akan mempunyi banyak rumpun.
c.       Jumlah bibit tiap lubang
Dalam budidaya tanaman padi ini petani padi lebih sering menggunakan benih padi sebanyak 4-7 batang rumpun padi, namun dalam budidaya kali ini petani padi menggunakan 7 batang rumpun padi. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan hasil yang maksimal.
Rumpun Padi = ( luas lahan : jarak tanam ) x batang tiap lubang
           = (2000m2 : 0,25x0,25m) x 7
            = 32.000 x 7
            = 224.000 rumpun padi
Sehingga dalam melakukan budidaya padi dengan luas 2000m2 akan dibutuhkan rumpun padi untuk pembenihan sebanyak 224.000 batang tanaman padi yang siap ditanam di sawah, yaitu dengan kondisi yang seragam dan tahan dari serangan hama penyakit.
d.      Kedalaman tanam
Kedalaman penanaman padi pada umumnya 3-5 cm. Karena apabila penanamannya terlalu dalam maka anakan semakin sedikit, akan tetapi apabila penanamannya kurang dari 3 cm maka tanaman padi akan mudah roboh. Sehingga kedalaman tanam padi akan mempengaruhi banyaknya bulir padi pada malainya.



e.       Sistem Penanaman
Dalam budidaya tanaman padi ini sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam Tegel atau sistem penanaman yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Dalam budidaya menggunakan sistem ini karena sistem ini yang paling mudah diterapkan karena masyarakat sudah terbiasa. Selain itu menggunakan sistem tanam tegel juga dapat menghasilkan panen yang melimpah apabila dalam budidaya penanganannya maksimal. Untuk cara penanam telah dijelaskan pada bab tiga pada Teknik Budidaya.
f.       Waktu Tanam
Waktu penanaman budidaya padi bisa dilaksanakan pada pagi hari atau sore hari. Namun lebih baiknya pada sore hari, akan tetapi untuk mengantisipasi dan memberikan solusi pada petani yang memiliki lahan yang luas sehingga dapat dilakukan mulai pagi hari.
g.      Musim Tanam
Pada penanaman budidaya padi ini menggunakan 3 kali tanam dalam satu tahun karena sawah yang digunakan untuk budidaya merupakan tanah irigasi teknis. Sehingga untuk lebih jelasnya mengenai agenda pelaksanaan kegiatan budidaya penanaman padi dapat dilihat pada tabel agenda pelaksanaan kegiatan diatas.
Dalam penanaman budidaya padi dibutuhkan 20 orang tenaga perempuan untuk melakukan penanaman padi dengan luas lahan sawah 1 Ha, sehingga biaya yang dibutuhkan dalam penanaman 1 Ha adalah 20 orang x Rp 50.000 uang yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000.000. Jadi apabila budidaya padi dalam luas lahan 2000 m2 maka bisa dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja perempuan dalam penanaman padi sehingga uang yang dikeluarkan adalah 4 x Rp 50.000 yaitu Rp 200.000. tugas dari pekerja ini adalah melakukan pencabutan benih dari tempat penyemaian dan penanaman ke sawah.
4.      Pengairan
Tanaman Padi merupakan tanaman yang sangat membutuhkan air, namun bukan berati sawah harus tergenang air sepanjang hari, dalam pengairan budidaya tanaman padi memiliki waktu-waktu yang tepatuntuk digenangi air dan waktu-waktu untuk dilakukan pengeringan. Dimana bisa dilakukan pada awal tanaman padi tumbuh, ketika tanaman padi dalam pembentukkan anakan, pada masa bunting dan pada masa pembungaan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Bab tiga dalam pembahasan pengairan.
5.      Penyiangan
Dalam budidaya tanaman padi dilakukan penyiangan kurang lebih 2-3 kali dalam musim tanam. Dalam melakukan penyiangan bisa dengan menggunakan manual atau mekanik dengan menggunakan garu atau landak atau sosor. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bab tiga yang mengulas mengenai penyiangan.
Dalam 1 Ha dibutuhkan 8 tenaga laki-laki untuk melakukan penyiangan gulma yang mengannggu tanaman padi. Sehingga apabila 2 kali penyiangan berarti ada 16 tenaga laki-laki. Jadi apabila luas lahan yan digunakan untuk budidaya seluas 2000m2 maka tenaga  Penyiangan pertama dalam dbudidaya padi sawah ini butuhkan 2 orang tenaga kerja laki-laki dan pada penyiangaan ke dua juga dibutuhkan tenaga kerja laki-laki sebanyak 2 orang. Sehingga uang yang dikeluarkan untuk dua kali penyiangan sebanyak 2 x 2 x Rp 75.000 adalah Rp 300.000.
6.      Pemupukkan
Pemupukan dilakukan untuk mengubah struktur tanah supaya menjadi lebih subur, pemupukan pertama dinamakan pemupukkan dasar, yang dimana dilakukan pada saat pengolahan lahan. Pemupukkan yang selanjutnya dinamakan pemupukkan susulan, dalam pemupukkan susulan yang perlu diperhatikan adalah kondisi tanaman dan jenis pupuk yang akan dibutuhkan. Untuk penjelasan lebih lanjut telah dijelaskan pada bab tiga pada bagian pemupukkan.
Adapun perhitungan pemupukkan untuk luas tanah  1 Ha dapat dilihat dibawah ini :
1.      Urea = 100/46 x 150 kg = 326,08 kg/ha
2.      ZA = 100/21 x 150 kg = 714,28 kg/ha
3.      Sp-36 = 100/21 x 150 kg = 277,78 kg/ha
4.      Kcl = 100/60 x 100 kg = 166,17 kg/ha
5.      Phonskha = 100/15 x 100 kg = 1000 kg/ha
Adapun pupuk yang dibutuhkan dalam budidaya padi yang menggunakan luas 2000 m2 adalah sebagai berikut :
1.        Urea = 2000m2/10000m2 x 326,08 kg = 65,216 kg
2.        ZA =2000m2/10000m2 x 277,78 kg = 142,856 kg
3.        SP-36 = 2000m2/10000m2 x 166,17 kg = 55,556 kg
4.        Kcl =2000m2/10000m2 x 166,17 kg =  33,234 kg
5.        Phonskha = 2000m2/10000m2 x 1000 kg = 200 kg
Dalam 1 Ha dibutuhkan 8 tenaga laki-laki untuk melakukan pemupukkan tanaman padi. Sehingga apabila 2 kali pemupukkan berarti ada 16 tenaga laki-laki. Jadi apabila luas lahan yan digunakan untuk budidaya seluas 2000m2 maka tenaga  kerja yang dibutuhkan untuk melakukan Pemupukkan  pertama dalam dbudidaya padi sawah ini butuhkan 2 orang tenaga kerja laki-laki dan pada pemupukkan ke dua juga dibutuhkan tenaga kerja laki-laki sebanyak 2 orang. Sehingga uang yang dikeluarkan untuk dua kali pemupukkkan sebanyak 2 x 2 x Rp 75.000 adalah Rp 300.000.
7.      Pengendalian OPT
OPT berkepanjangan Organisme Pengganggu Tanaman, dalam melakukan pemberantasan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi bisa dilakukan dengan menggunakan pestisida organik ataupun pestisida kimia. Pestisida kimia jika penggunaannya terlalu banyak maka akan mengakibatkan banyak residu yang berbahaya bagi kesehatan selain itu juga akan mengakibatkan pencemaran. Sehingga untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman padi bisa dengan menyeimbangkan anatara penggunaan pestisida kimia dan pestisida organik. Untuk jenis-jenih hama dan penyakit yang menyerang serta cara pengendaliannya telah dipaparkan pada bab tiga.
Pengendalian OPT disini dilakukan dengan cara penyemprotan. Dalam 1 Ha dibutuhkan 4 tenaga kerja laki-laki untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman padi. Sehingga biaya yang dibutuhkan dalam penyemprotan tanaman padi dengan luas 2000m2  adalah 1 x Rp 75.000 yaitu sebesar Rp 75.000.
8.      Panen
Setelah bertanam padi dan melakukan perawatan maka disaatnya pemanenan. Untuk teknik pemanenannya bisa dilakukan secara tradisional dan secara modern. Untuk teknik pemanenan yang lebih jelas telah dibahas pada bab tiga.
9.      Pasca Panen
Setelah pemanenan selesai dilakukan penyimpanan padi kering, atau bisa langsung digiling dan dijual. Akan tetapi para petani padi kebanyakkan menunggu harga beras naik jika akan menjual padi-padi yang mereka miliki biasanya dalam bentuk beras.
Dalam penanganan panen dan pasca dalam budidaya tanaman padi dengan luas 1 Ha dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 12 orang tenaga kerja laki-laki. Jadi apabila petani melakukan budidaya padi dengan menggunakan luas tanah 2000m2 maka tenaga kerja laki-lakiyang dibutuhkan dalam penanganan panen dan pasca panen adalah 3 orang tenaga kerja laki-laki, jadi biaya yang dikeluarkan 3 x Rp 75.000 adalah 225.000.
10.  Pengeringan
Dalam melakukan pengeringan padi dibutuhkan 2 orang tenaga laki-laki sehingga biaya yang dibutuhkan adalah sebesara 2 x Rp 75.000 adalah Rp 150.000.
C.     Total Biaya yang dikeluarkan
Dalam budidaya tanaman padi dengan luas padi 1 Ha dibutuhkan tenaga kerja 115 orang tenaga kerja yang dimana tenaga perempuan sebanyak 20 orang dan tenaga kerja laki-laki sebanyak 95 orang. Sehingga apabila kita melakukan budidaya tanaman padi dengan luas 2000m2 maka total tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 23 orang yang terdiri dari 4 orang tenaga kerja perempuan dan 19 orang tenaga kerja laki-laki. Jadi biaya yang dibutuhkan sebanyak (4 x Rp 50.000)+ (19 x Rp 75.000) yaitu Rp 200.000 + Rp 1.425.000 = Rp 1.625.000.




BAB V
PENUTUP

Demikian proposal yang dapat disampaikan mengenai budidaya tanaman padi. Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang dimana menjadi kebutuhan pokok manusia di negara Indonesia, sehingga dengan adanya proposal budidaya tanaman padi ini mampu memenuhi kebutuhan dan bisa menjadi negara yang bisa swadaya beras. Semoga negara Indonesia menjadi negara penghasil padi terbesar di dunia, dan semoga dengan adanya proposal ini diharapkan ada dukungan dari berbagai pihak.
Tiada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan proposal ini. Kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca proposal ini. Terimakasih kami haturkan kepada semua pihak yang akan membantu terlaksananya kewirausahaan ini.


DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Hadrian.1987. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia, Jakarta : Sastra Hudaya
Subiyakto.1997. Serangga Hama, Penyakit dan Gulma Tanaman Padi, Yogyakarta : Kanisius
Andoko, Agus.2002. Budidaya Padi Secara Organik, Jakarta : Penebar Swadaya
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/padi.pdf diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.00 di STPP Yogyakarta
http://sri.cals.cornell.edu/countries/indonesia/extmats/indoSampoernaManual09.pdf diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.05di STPP Yogyakarta
http://sawitwatch.or.id/download/manual%20dan%20modul/148_budi%20daya%20padi%20gogo%201.pdf diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.10 di STPP Yogyakarta
http://www.garutkab.go.id/download_files/article/ARTIKEL%20SRI.pdf diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.15 di STPP Yogyakarta
http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/bukusaku07.pdf diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.25 di STPP Yogyakarta
https://www.scribd.com/doc/55097061/Proposal-PKL-Padi-Sutrisno diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.50 di STPP Yogyakarta
http://riau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/padi1.pdf diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.55 di STPP Yogyakarta
https://www.academia.edu/8899644/BAB_I_PENDAHULUAN diakses pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 16.00 di STPP Yogyakarta




 mahasiswa stpp magelang
jurluhtan yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar